Bencana Erupsi Gunung Lewotobi Momentum Perbaiki Pendidikan Adil dan Merata
Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Maria Yohana Esti Wijayati, saat mengikuti pertemuan di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Foto: Saum/vel
PARLEMENTARIA, Kupang - Erupsi Gunung Lewotobi tidak hanya meninggalkan dampak fisik dan sosial, tetapi juga membuka mata tentang ketimpangan pendidikan di daerah-daerah tertinggal. Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Maria Yohana Esti Wijayati menegaskan pentingnya momentum bencana ini sebagai pengingat Pemerintah untuk mewujudkan pemerataan pendidikan di seluruh Indonesia.
Lebih dari 5.700 siswa terdampak erupsi Gunung Lewotobi, sebagian besar kehilangan akses terhadap ruang kelas yang layak. Demikian tanggapan tersebut disampaikannya kepada Parlementaria usai memimpin kunjungan kerja reses dengan para pemangku kepentingan sektor pendidikan di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Jumat (6/12/2024).
“Ini bukan sekadar bencana alam, tapi potret ketimpangan pendidikan kita. Kalau infrastruktur dasar saja tidak kuat apalagi ini ada yang tidak ada, bagaimana kita bicara mutu pendidikan?” ujar Esti.
Selain mendorong pemerintah untuk memperbaiki infrastruktur sekolah, Politisi Fraksi PDI-Perjuangan itu menyoroti pentingnya pendampingan psikologis bagi siswa terdampak. Trauma akibat bencana dan belajar di tempat pengungsian bisa berdampak panjang jika tidak segera ditangani.
"Pendidikan di pengungsian tidak hanya memengaruhi akademik, tetapi juga psikologis anak-anak. Program trauma healing harus menjadi prioritas untuk membantu mereka pulih. Ini adalah masa ujian akhir semester. Anak-anak yang terganggu secara emosional tentu tidak bisa maksimal dalam belajarnya," tuturnya.
Di sisi lain, ia juga menyerukan bantuan khusus untuk para mahasiswa yang terdampak bencana berupa KIP Kuliah. Upaya ini memainkan peran krusial, menurutnya, agar mereka tidak terbebani isu keuangan untuk melanjutkan pendidikan.
“Bagi mahasiswa penerima KIP Kuliah, mungkin mereka masih memiliki jaminan. Tapi bagaimana dengan mereka yang kuliah secara mandiri? Orang tua mereka tidak mungkin mencari nafkah dalam kondisi bencana seperti ini,” imbuhnya.
Harapan Baru di Tengah Bencana
Dirinya optimistis jika pemerintah, baik tingkat pusat maupun daerah, tanggap menanggani bencana. Baginya, erupsi Gunung Lewotobi menjadi ujian sekaligus peluang bagi pemerintah untuk memperbaiki sistem pendidikan di daerah tertinggal.
Dengan langkah konkret, ungkapnya, tragedi ini bisa berubah menjadi momentum penting menuju pendidikan yang lebih adil dan merata di seluruh Indonesia.
“Erupsi ini adalah pengingat bahwa pemerataan pendidikan bukan lagi pilihan, tapi kebutuhan. Kita harus bergerak cepat agar tidak ada anak Indonesia yang kehilangan masa depan hanya karena tempat lahirnya di pelosok negeri,” pungkasnya. (ums/rdn)